Other posts you might like...

Indonesia merupakan sumber benih lobster terbesar di dunia dan memiliki kondisi perairan laut yang baik untuk budidaya lobster di habitat alaminya. Beberapa waktu lalu benih lobster (BL) dari Indonesia banyak di ekspor ke luar negeri baik legal maupun ilegal. Keinginan masyarakat untuk melakukan budidaya lobster sering terkendala dengan issue yang menyatakan Indonesia tidak akan mampu untuk berbudidaya lobster, belakangan diketahui ternyata itu adalah berita bohong (hoax) yang sengaja dihembuskan oleh pihak tertentu.

Di perairan dunia, jenis dan habitat lobster dijumpai mulai dari pantai timur Afrika, Jepang, Indonesia, Australia, dan Selandia Baru (Holthuis, 1991). Khusus di perairan Indonesia diketahui ada enam jenis udang karang bernilai ekonomis penting. Enam jenis lobster termasuk dalam genus Panulirus, yaitu udang raja (P. longipes), udang rejuna (P. versicolor), udang jarak (P. polyphagus), udang pantung (P. homarus), dan udang ketangan (P ornatus) (Moosa, 1984 dan Moosa & Aswandy, 1984). Lobster tersebut banyak dijumpai di perairan pesisir dengan dasar perairan berupa pasir berbatu. Di Indonesia lobster dijumpai di perairan Pangandaran, Jawa Barat dan Gunungkidul, DIY, biasanya berkelompok di dalam lubang-lubang batu.  Berdasarkan informasi dari beberapa eksportir lobster, perairan Indonesia yang mempunyai potensi untuk penangkapan lobster meliputi Paparan Sunda, Selat Malaka, Kalimantan Timur, Sumatra bagian timur, Pesisir Utara Pulau Jawa, Sulawesi, Maluku, Pantai selatan Papua, dan seluruh pesisir Samodra Indonesia.

Budidaya Lobster di Karamba Jaring Apung di Vietnam

Budidaya lobster pertama di Vietnam dimulai dari Desa Xuan Tun, Kecamata Van Ninh, Kota Nha Trang pada tahun 1992.  Budidaya lobster dalam KJA hanya dilakukan oleh 5 kepala keluarga (KK),  Ada 3 jenis lobster yang dibudidayakan yaitu lobster mutiara, pasir, dan batik.

Gambar 1.  Lokasi Budidaya Lobster pertama di Vietnam, yaitu Desa Xuan Tun, Kecamata Van Ninh, Kota Nha Trang

Wadah budidaya lobster untuk capai ukuran tokolan adalah jaring silinder dengan berbagai ukuran (Gambar 2).

Gambar 2.  Keramba berbentuk silinder untuk produksi tokolan lobster di Desa Bai Tien Kota Nha Trang, Vietnam.

Dari tokolan yang dihasilkan diteruskan ke tahapan pembesaran yang dilakukan di KJA. Pakan yang diberikan adalah  ikan rucah 70 persen dari total pakan yang digunakan dan jenisnya adalah Saurida sp., Priacanthus sp., Leiognathus sp., Engraulis sp., dan Stolephorus sp.  Bagian keras dari pakan berupa cangkang dan sisa pakan diambil setiap pagi hari yang sekaligus untuk melakukan pengecekan pakan. Dosis pakan yang diaplikasikan adalah 10 persen-17 persen dari bobot total/hari.

Budidaya Lobster di Vietnam Terkini

Saat ini pembudidaya lobster di Vietnam sangat memahami prinsip dasar budidaya lobster di KJA, yakni sensitif terhadap perubahan salinitas perairan, lobster senang bersembunyi di tempat yang gelap (dalam terumbu karang) dan perairan yang tenang, lobster akan menyerang sesamanya/kanibal, apabila tidak diberi pakan yang cukup dan segar.

Lobster merasa nyaman dengan salinitas air yang stabil dan  senang bersembunyi di terumbu karang, sehingga digunakan karamba  yang dibenamkan di dalam air (submerged cage). Fungsi dari submerged cage tersebut adalah agar salinitas air tidak berubah apabila ada hujan. Puerulus lobster ukuran 25 gram di budidaya di submerged cage kedalaman 2-5 meter, sedangkan lobster dewasa dengan kedalaman 7 meter.

Pakan yang cocok bagi lobster adalah ikan yang dicacah, udang kecil, dan kerang yang dihancurkan. Pemberian pakan dilakukan pada jam 9 pagi dan jam 4 sore, selanjutnya pembersihan sisa pakan dilakukan setiap pagi dengan cara diserok. Teknik budidaya seperti ini menghasilkan Food Conversion Ratio (lobster/ Puerulus hingga lobster ukuran konsumsi 1 kg)  adalah 15-24 (Aquatec, 2020).

Budidaya Lobster di Karamba Jaring Apung di Lampung dan Bali

Budidaya lobster (Panulirus sp.) belum banyak dilakukan di Indonesia, karena baru dimulai tahun 2000 di Nusa Tenggara Barat. Budidaya lobster di Indonesia juga sudah dilakukan di Nanggroe Aceh Darussalam, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan. Namun demikian, perkembangan budidaya lobster masih tergolong lambat

Saat ini tersedia  sarana budidaya lobster versi modern sebagai hasil penyempurnaan metode budidaya lobster di Vietnam (Aquatec, 2020), dimana pemeliharaan lobster dilakukan di submerged cage yang berbeda ukuran yakni S, M dan L, dengan tujuan untuk memaksimalkan Survival Rate (SR) dan meminimalkan Mortality Rate (MR).

Submerged Cage S untuk budidaya Puerulus (1,5-2cm) hingga 3-8 gram memiliki nilai SR 80 – 90 persen, submerged cage  M untuk budidaya ukuran 3-8 gram sampai ukuran 15-30 gram menghasikan SR  80-90 persen, dan submerged cage  L untuk budidaya ukuran 15-30 gram sampai 1 kg dengan SR sebesar 80-90 persen, sehingga total SR dari Puerulus hingga dewasa 1 kg rata-rata adalah 85 persen x 85 persen x 85 persen = 60 persen. Nilai SR ini dapat ditingkatkan lagi hingga +75 persen seiring dengan meningkatnya kemampuan dan pengalaman pembudidaya dalam memelihara lobster.

Sebanyak 180-240 ekor Puerulus dimasukkan ke dalam tiap submerged cage ukuran S dan dipelihara selama 35-45 hari hingga mencapai ukuran 3-8 gram. Kerangkeng terbuat dari tiang HDPE rangka Stainless Steel dilapisi net HDPE sehingga tidak mudah ditumbuhi lumut. Setelah mencapai ukuran 3-8 gram, sebanyak 120-180 ekor baby lobster dimasukkan ke dalam tiap submerged cage ukuran  M dan dipelihara selama 35-45 hari hingga mencapai ukuran 15-30 gram. Setelah mencapai ukuran 15-30 gram, sebanyak 70-80 ekor baby lobster dimasukkan ke dalam tiap submerged cage  L dan dipelihara selama 10-12 bulan hingga mencapai ukuran 1 kilogram. Apabila target panen hanya 250gram/ekor lobster, maka tiap submerged cage ukuran  L bisa diisi hingga 300 ekor lobster mutiara.

Sebagai diversifikasi komoditas,  sebaiknya dipelihara juga lobster pasir. Lobster ini bisa dipanen dalam 4-5 bulan untuk mencapai ukuran 300 gram, dengan tiap susmerged cage ukuran  L yang bisa diisi 250 ekor lobster.

Budidaya Lobster di Kolam

Saat ini budidaya lobster di kolam masih bergulir pada  kegiatan pembesaran, yakni mulai dari bibit hingga dewasa dengan tujuan menghasilkan lobster dewasa yang sudah siap konsumsi dan  untuk mendapatkan stok induk lobster. Budidaya lobster bisa dilakukan di kolam menggunakan bak atau kolam agar lobster dapat dengan mudah dikendalikan baik dari segi pakan, kualitas air, dan predator.

Ada beberapa kegiatan teknis pembesaran lobster  di kolam, yang meliputi persiapan kolam, pasokan benih, penebaran lobster, pemberian pakan, pengukuran kualitas air, penyifonan, dan pengambilan sampel untuk mengukur pertumbuhan lobster. Proses pembesaran lobster pada penelitian ini dimulai dari rata-rata panjang 10-20 cm, panjang karapas 4,05, dan ukuran berat 145,69 gram. Pakan yang diberikan pada kegiatan pembesaran adalah ikan rucah dan remis hijau. Penelitian sederhana yang dilakukan dengan parameter pengukuran pertumbuhan (panjang total, panjang karapas, dan bobot badan)  selama satu bulan di kolam, pada kondisi ini nilai Specific Growth Rate mencapai 0,15%, pertumbuhan panjang absolut 0,5 cm dan tingkat kelangsungan hidup 97 persen.

Demikian teknik budidaya lobster yang dapat diikuti oleh pembudidaya, dengan harapan BL yang ada tidak dibiarkan mati di alam. Indonesia, bisa!!

Artikel ini dipublikasikan di: https://sorotindonesia.com/investor-wajib-tahu-bagaimana-budidaya-lobster/

Penulis :

Dr. Rita Rostika, M.Si.

Dosen FPIK Universitas Padjadjaran/Kaprodi Perikanan PSDKU Pangandaran


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *