Pembenihan lobster (Panulirus sp.) belum berkembang di Indonesia karena saat ini belum ada teknologi terapan yang dapat diaplikasikan secara massif seperti teknologi pembenihan krustasea lain seperti udang windu (Penaeus monodon) dan udang vaname (Litopenaeus vannamei).
Teknologi pembenihan lobster pasir membutuhkan pengetahuan, diantaranya teknik pemijahan induk dan tingkat keberhasilan induk betina membawa telur, serta profil telur hasil pemeliharaan. Paling tidak 3 point penting yang wajib dimiliki oleh para breeder.
Teknik pemijahan induk hanya dimiliki oleh sedikit hatchery yang melakukan pembenihan secara lengkap dengan melakukan pemeliharaan induk, maturasi gonad, dan pemijahan induk pada waktu tertentu, sehingga dapat mengontrol ketersediaan dan kualitas benih. Induk lobster pasir masih mengandalkan dari tangkapan alam sehingga perlu waktu yang lama untuk beradaptasi sampai dapat digunakan sebagai induk yang reproduktif.
Untuk mendapatkan induk lobster jantan dan betina ysng hidup dapat memelihara sendiri sampai lobster berukuran induk ataupun membeli dari pengumpul di lokasi yang banyak terdapat lobster ukuran induk, misalnya di Kabupaten Pesisir Barat (Provinsi Lampung), Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Pangandararan (Provinsi Jawa Barat), Kabupaten Jember, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulung Agung, Kabupaten Banyuwangi (Provinsi Jawa Timur), Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Dompu (Provinsi NTB) dan kabupaten lain sesuai dengan lokasi dimana banyak terdapat hasil tangkapan lobster di Indonesia (Gambar 1). Pedagang pengumpul memperoleh lobster dari nelayan setempat.
Syarat lobster dewasa dapat menjadi induk lobster adalah sebagai berikut :
- Induk lobster pasir yang sehat, mengkilat, organ tubuh lengkap.
- bobot badan yang sesuai, induk lobster pasir betina dengan bobot badan rata-rata diatas 160 ± 23,45 g/ekor
- lobster pasir jantan dengan bobot badan rata-rata 126 ± 14,32 g/ekor
- sudah dipelihara di pengumpul selama minimal tujuh hari sebagai masa adaptasi terhadap lingkungan dan pakan.
Sebelum ditransportasikan tentu harus dimintakan izin kepada Dinas Perikanan atau Balai Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu Hasil Perikanan setempat.
Diperlukan suatu cara khusus yang membuat lobster muda tetap nyaman dan tetap hidup saat dimasukkan lagi ke dalam wadah budidayanya. Cara ini biasa disebut “pemingsanan induk lobster”. Pada prinsipnya pemingsanan ini dilakukan dengan membuat lobster berada dalam kondisi ½ sadar, dimana lobster akan bergerak dan bernafas dengan minimal, sehingga tidak kehabisan energi dan oksigen. Setelah sampai pada lokasi yang diituju maka lobster bisa dibuat sadar kembali dan dengan cara dimasukkan ke dalam wadah budidaya yang berisi air laut segar dan lobster yang dipindahkan pun akan sehat kembali.
Bagaimana teknik transportasi induk lobster pasir tersebut agar sesampai di lokasi pengiriman, induk lobster tetap sehat dan tidak stress dan tetap produktif. Cara yang dilakukan adalah penurunan suhu lingkungan dan penngunaan isolator agar suhu lingkungannya stabil. Untuk menurunkan suhu digunakan es batu sedangkan sebagai isolator digunakan pasir pantai. Ada isolator lain yang dapat digunakan dalam transportasi stadia induk adalah sisa gergaji kayu dan lembaran kertas atau koran.
Langkah-langkah packing lobster muda
- Siapkan kotak styrofoam, dengan ukuran dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
- Siapkan pasir pantai yang berwarna putih ataupun yang hitam, simpan dalam wadah yang besar tapi tidak dalam.
- Siapkan es batu yang masih dalam plastik.
- Kumpulkan lobster yang akan ditransportasikan dalam bak atau wadah yang lain.
- Masukkan lobster muda ke dalam bak berisi pasir, penuhi permukaan tubuhnya dengan pasir.
- Pastikan pasir sdh masuk ke kaki renang dan kaki jalannya, sampai ekornya.
- Setelah dipastikan pasir pantainya merata simpan dalam bak. Boleh ditumpuk sampai dua lapis saja, tidak boleh lebih karena akan mengakibatkan kematian.
- Masukkan es batu dalam plastik untuk menjamin udara di sekitar lobster selalu dingin.
- Tutup kotak stryrofoam dan dilakban.
- Pengemasan seperti ini bisa dilakukan untuk perjalanan 0 – 12 jam
- Walaupun lokasi dekat, tapi tidak diperbolehkan lobster dipindahkan tanpa perlakuan, karena lobster akan mati. Lobter sensitive terhadap perubahan lingkungan.
Berikut foto-foto terkait langkah-langkah pemingsanan induk lobster dalam rangka transportasi.
Demikian informasi yang patut diketahui oleh teman-teman yang akan melakukan transportasi induk lobster, agar diperoleh induk lobster yang sehat dan tetap produktif.
***
Oleh : RITA ROSTIKA
- Peneliti Lobster Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran
- Bendahara Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia
0 Komentar