Pada suatu proses budidaya lobster, ada saat dimana kita harus melakukan proses transportasi benih dari sumber benih ke hatchery, dari hatchery ke KJA dan seterusnya. Saat itulah kita dihadapkan pada situasi yang harus tepat, tidak boleh salah dan harus presisi. Karena sedikit saja kesalahan, maka akibatnya adalah kematian yang merugikan. Oleh sebab itu, pengetahuan terkait penurunan kecepatan metabolisme lobster menjadi hal yang paling krusial.
Metabolisme
Pada Gambar 1 berkut ini adalah penjelasan terkait banyaknya parameter yag berhubungan dengan temperatur air laut.
Dari Gambar 1 diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa air laut sangat mempengaruhi kondisi metabolisme ikan. Lalu parameter apa saja dari air laut yang berpengaruh tehadap metabolisme tersebut? Metabolisme merupakan proses kimia yang terjadi pada sel tubuh, yang mengubah pakan yang dikonsumsi menjadi energi.
Energi dibutuhkan oleh tubuh agar sel dan jaringan tubuh tetap sehat, tumbuh dan berkembang serta fungsinya berjalan dengan baik. Parameter fisik air yg berpengaruh terhadap metabolism adalah suhu, salinitas, kedalaman dan kecerahan. Parameter kimia antara lain DO, pH, Ammonia, Nitrit, BOD dan COD.
Suhu lingkungan berpengaruh langsung terhadap metabolisme lobster. Pada suhu tinggi, metabolisme lobster dipacu, sedangkan pada suhu yang lebih rendah, proses metabolisme diperlambat. Bila keadaan ini berlangsung lama, maka akan mengganggu kesehatan udang, karena secara tidak langsung suhu air yang tinggi akan menyebabkan oksigen dalam air menguap, akibatnya lobster akan kekurangan oksigen dan mati.
Salinitas air merupakan hal krusial pada metabolisme lobster yang sensitive terhadap perubahan salinitas. Adanya hujan maupun masuknya air tawar dari sungai atau muara mempengaruhi terhadap kondisi lobster. Lobster akan mati massal bila hal ini terjadi.
Benih Bening Lobster (BBL) yang dipindahkan umumnya adalah lobster bening, belum terjadi perubahan warna, dengan ukuran bobot kurang lebih 0,2 gram (Gambar 2).
Berikut ini akan dijelaskan bagaimana cara transportasi BBL dari satu tempat ke tempat yang lain, yakni dengan menempatkannya ke dalam kantong plastik ataupun termos. Yang harus disiapkan adalah kantong plastik ukuran 2 kg atau termos, air laut dengan suhu 28o C, es batu, suplai oksigen murni, cool box, spidol untuk menandai kemasan.
Dimulai dengan memasukkan air laut kedalam kantong plastik atau termos, dalam satu kantong dapat dimasukkan sekitar 200 ekor BBL. Lalu tambahkan oksigen murni, sekitar 3 kali lipat volume air, selanjutnya wadah plastik diikat karet. Lakukan ini untuk beberapa kantong dan simpan kantong plastik berisi BBL pada satu kotak stryrofoam. Masukkan juga beberapa plastik berisis es batu, dalam 1 kotak tersebut sejumlah yang sama dengan wadah plastik berisi BBL (Gambar 3).
Demikian info yang disampaikan terkait cara transportasi BBL yang aman dengan harapan para stake holder dapat memanfaatkan metoda ini agar dapat mempertahankan kualitas dari BBL agar tetap hidup dalam waktu lebih dari 18 jam perjalanan.
***
Oleh : RITA ROSTIKA
- Peneliti Lobster Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran
- Bendahara Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia
0 Komentar